Dr. H. Wawan. S.Pd., M.M: Ini Soal Ketulusan dan ke Iklasan

TASIKMALAYA|PWLITAONLINE| Memasuki sekolah satu ini, tak saja tertuju pada pandang menangkap tata ruang modern berwarna cerah, dengan gedung yang kian megah dan menjulang. Didalamnya, tatapan dinyamankan lingkungan sekolah bersih dan hijau. Serasa memasuki area depan mall yang memang sekolah ini telah pula dilengkapi Business Centre dan SMEA MART dengan fasitas yang siap melayani buka tabungan, Mini ATM, Tarik/setor Tunai, Pembayaran, Transfer hingga pembelian berbagai macam produk.

Sangat memungkinkan anak-anak didik tak termakan suasana jemu lingkungan tempat belajar yang kolot, monoton dan jadul. Disini anak-anak didik dapat memacu senang dan spirit dengan balutan dominan warna putih dan abu yang cemerlang. Selebihnya, warna depan gedung sekolah diberi warna-warna lainnya yang cerah.

Ragam tanaman menghijau dan pohon jati menghadirkan rasa sejuk. Memupus suasana gersang. Betah berada di sekitar halaman tengah yang merupakan lapangan luas sekolah yang beralamat di Jl. Mancogeh 26, Cipedes, demikian SMKN 1 Kota Tasikmaya. Seperti urut nomornya, di masyarakat dalam persepsi rangking yang selaras dengan namanya.

Tak saja dengan potret bangunan menawan. Tertata sejak depan, tengah hingga belakang bangunan. Ternyata soliditas civitas sekolah ini juga pada giliran membawa catatan unjuk prestasi tinggi si tingkat nasional.

Selain termotivasi kejar visi-misi, juga termotivasi negara-negara maju untuk menjadikan sekolah unggul seperti sekarang ini. Yang tak kalah penting lagi kesungguhan, komitmen, serta kompetensi leader-nya dalam meramu kinerja sekolah penuh kebersamaan.

Seperti apa konsep kepemimpinan yang dijalankan dalam menggerakan manajemen, sampai pada giliran sekolah ini cukup punya gengsi (prestise). Senin (13/12) siang pelitaonline.co.id bertemu sosok Dr. H. Wawan. S.Pd., M.M yang kini memimpin SMKN 1 Kota Tasikmalaya.

Memaparkan banyak hal selama setahun enam bulan dipercaya memimpin SMKN 1 Kota Tasikmalaya, atau tepatnya
sejak 10 Juli 2020. Pertama diawali dengan merubah mindset para guru yang tadinya money oriented jadi money surgawi, katanya.

Dengan pola seperti itu, maka kita akan mencapai tujuan bersama bukan saja meraih kenyaman melainkan kalau kita kerja ikhlas selayaknya surgawi mengikuti. Konteksnya seperti itu, kata H. Wawan menjawab pertanyaan ketika ditanya terkait apa konsep tujuannnya pimpinan di SMKN 1 Kota Tasikmalaya.

“Prinsifnya bagi saya bekerja itu bukan untuk apa-apa, melainkan karena saya ini pesuruh harus siap bagaimana pun resikonya,” ujarnya.

Bagusnya lagi, selama enam bulan saya merubah mindset yang layaknya melakukan “cuci otak” para guru sejak pertama saya masuk, tidak sedikit mereka para guru yang menggerutu dan berguman kesal. Tetapi mereka saya tetap salut, karena menggerutu sambil bekerja tuntas itu hanya lantaran karena mereka merasa dikerjain saja, tegas H. Wawan.

“Dan itu tidak apa-apa bagi, kalau menggerutu sambil kerja sekalian saja saya bentuk karakternya para guru. Yang penting pekerjaan semuanya selesai, dan terwujud sampai sekarang ini,”. Itu yang pertama tandas H. Wawan.

Ketika mindset guru yang tadinya money oriented berubah menjadi money surgawi. Barulah membuat evaluasi bagaimana diukur lulusan itu bisa bekerja. Misalnya dimana dia bekerja, berapa gajinya, apa pekerjaannya. Termasuk capaiannya, dan semua itu liniear atau tidak, semuanya kita kaji dalam konsep tujuan. Inilah satu konsep pertamanya, papar H. Wawan

Kemudian yang kedua diukur dengan berapa persen anak yang mampu menciptakan nilai usaha, menciptakan ekonomi kecil menengah. Serta lulusan vokosi itu sudah sejauh mana tingkat entrepreneurship yang dihasilkan.

Barulah yang ketiga kita melihat sejauh mana anak ingin meningkatkan karier dibidang pendidikan hngga tembus ketingkat pendidikan liniear yang tentunya sesuai dengan program yang ada di SMKN 1 ini. Misalnya untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi.

Meski vokasi dibatasi, tapi kita tidak ingin memutus kenyaman anak. “Jangan istilah mengkanibal atau memperkosa hak anak, ketika mereka berkeinginan melanjutkan kejenjang lebih tinggi. Sementara kita harus memutus haknya, itu namanya memutus kenyaman anak. Disini kita punya gerakan sekolah yang menyenangkan. Disitulah arti perundungannya,” jelas H. Wawan.

Dikatakannya, semua persentase terjawab dengan adanya pola yang dibuat melalui google formulir ketika pertama masuk daftar ke SMKN 1 ini harus memilih satu dari tiga klasifikasinya.

Sehingga secara tidak langsung, serapan dari Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) akan diketahui besaran persentasenya. Baik yang akan melanjutkan, berwirausaha dan yang akan bekerja sudah dapat diketahui melalui google formulir yang dibuat SMKN1, katanya.

Yang tentunya pula semuanya mengacu keranah delapan Standar Nasional Pendidikan (NSP) yang diantaranya terdapat standar isi, standar proses, standar penilain dan standar pelayanan, jelasnya.

Berbicara konsep akademiknya. SMK itu sudah menjadi penggerak ekonomi. Ketika saya lihat di Germani, Prancis, Belanda, Belgia, Swiss, Jepang, Korea dan Thailand hampir semua lulusan vokasi-nya itu sebagai penggerak ekonomi.

Kota Tasikmalaya. Ketika penerbangan, jalan Tol, Angkatan Darat, transaksi perbankan seperti hal Bank Indonesia (BI), Restotan dan Hotel semuanya sudah terbuka dan cukup menjanjikan prosfek kedepannya. Maka apa yang harus masyarakat Tasikmalaya sendiri perbuat, apa hanya berdiam diri menjadi penonton saja. Ini teori analisi swotnya, ungkapnya.

Dan ini yang semula dibicarakan tiga tahun kedepan sudah terjadi yang kita inginkan di tahun ini. Lantas bagaimana dengan kita sebagai warga masyarakat Tasikmalaya apa hanya mau jadi penonton. Tentu tidak, dengan terbukannya perkembangan tersebut, anak didik SMKN 1 Kota Tasikmalayalaya sudah ada yang bekerja di Resto, Bandara, lulusan Hotel Resto, ucap H. Wawan bangga.

Yang tak kalah penting lagi perlu saya sampaikan. Ditengah banyak sekolah favorit lainnya, namun SMKN 1 Kota Tasikmalaya boleh dikata jauh lebih melejit. Contohnya, disisi lain betapa sulitnya mereka mendapatkan ijin jurusan baru, namun tidak untuk SMKN1 Kota Tasikmalaya ini.

Tidak sampai satu bulan saya mengajukan program jurusan baru langsung disepakti oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jabar untuk di acc, kata H. Wawan.

Tahapannya cukup cepat. Pertama saya persentase di tingkat Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Selama satu minggu presentase, minggu keduanya langsung diproses dan minggu ketiganya mendapat kunjungan dari sejumlah pejabat yang berkompeten Dinas Pendidikan Provinsi Jabar melakukan kunjungan ke SMKN 1 Kota Tasikmaya, sekaligus mengantarkan ijin operasional tiga program yang kita ajukan, terang H. Wawan terasa bangga.

Pun hasilnya, jadilah sekarang kelas eklusif, tak terkecuali perusahaan sekelas PT Global Chemindo Megatrading (GCM) Jakarta pun membuat kelas industri disini, kurikulumnya pun kurikulum mereka, katanya.

Nah termasuk hari ini juga kita sedang kedatangan tamu tak kurang 100 orang dari Telkom Bandung, yang tengah melakukan kajian terkait sistem pembelajaran yang diterapkan. Karena SKMN 1 Kota Tasikmalaya ini adalah sekolah terbaik ditingkat nasional, ujar Wawan yang mengaku baru saja pulang dari Bali memenuhi undangan dari tingkat Kementerian.

Artinya kurikum yang paling banyak di download di sistem Kementerian. Sehingga menjadi yang terbesar. Yang keduanya diraih oleh SMKN Cimahi, imbuh kepala SMKN 1 Kota Tasikmalaya yang mengaku tahun ini telah pula mengedepankan
tiga program kopentensi unggulannya. Yakni Managemen Holistik, Hotel Resto dan Program Perfilman.

Tapi tak dapat dipungkiri, ketika sekolah ini melejit dan begitu mudahnya mendapat ijin program kopetensi jurusan baru, tak sedikit yang berseloroh lantaran kekuatan pelicin main duit. Padahal diakuinya itu adalah murni dari sebuah hasil analisis swotnya yang mendapat diapresiasi penuh baik ditingkat pusat (Kementerian), Dinas Pendidikan Provinsi Jabar, Pemkot Tasikmalaya yang pada akhirnya mendapat apresiasi penuh dari kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XII, tegas kepala sekolah yang setiap tahun-nya harus dapat memenuhi sebanyak 600 kebutuhan visa kerja untuk anak didiknya tersebut.

Meski diakuinya juga, siswa yang masih dalam proses belajar di sekolah ini pun sudah ada yang menghasilkan omset dengan penghasilan mencapai puluhan juta rupiah seharinya. Bahkan pantastis, ada yang mencapai Rp 30 juta, Rp. 15 juta, Rp. 10 juta, hingga terkecil Rp. 5 juta/hari, katanya. |TOM|

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *