Ini Kata Kasie Sundawapan Jawab Persoalan Daya Tampung Situ

TASIKMALAYA|PELITA ONLINE|Didampingi Heri Pracipno selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Kasie Sundawapan UPTD Wilayah Sungai (WS) Ciwulan-Cilaki Darmadi ST mengatakan, upaya mereduksi inlet sudah sejak lama diajukan. Karena dari sinilah sumber utamanya masuk sedimen ke penampungan.

“Sesuai perencanaan program setiap tahun-nya diajukan, tetapi sampai saat ini belum muncul untuk pelaksanaannya”, kata Darmadi dalam sebuah kutipan pembicaraannya menanggapi pemberitaan media terkait penyempitan lahan genangan dan menyusutnya daya tampung Situ, Selasa (30/11/2021).

Kita menangani sembilan Situ yang secara keseluruhan telah bersertifikat. Namun sepertinya, untuk angkat berat (pengerukan sedimen) pertimbangannya butuh mekanis, alat-alat berat dan tentunya tidak sedikit membutuhkan biaya. Sehingga sampai saat ini belum dapat dilakukan, katanya.

“Nah upaya kita selama ini, kami baru dapat melakukan bagaimana kita bisa memenuhi kebutuhan sawah pada saat musim hujan. Caranya dirillis pelan-pelan memasuki Musim Tanam (MT) dua hingga MT ketiga kita beritahukan dengan pola tanam harus dirubah dari padi menjadi palawija,” imbuhnya.

Jangan sampai masyarakat tani memaksahkan menanam padi, dengan kondisi tampungan seadanya. Masyarakat harus memahami juga jumlah debit yang ada di penampungan, kata Darmadi.

Kalau pun dipaksahkan mau secara konprehenshif untuk dilakukan pembenahan, lantaran sudah puluhan tahun juga sedimen ini terakomulasi, tetap tidak bisa mengcounter secara keseluruhan untuk mengeruk sedimen, karena Situ punya umur keruk termasuk Waduk Jati Luhur, ujar Darmadi mencontohkan.

Waduk Jati luhur saja punya umur efektinyanya selama sampai 100 tahun. Tetapi perubahan vegetasi dari hulu akhirnya tidak sampai 100 tahun. Pendangkalan lebih cepat, ditambah lagi aktivitas masyarakat yang membuat banyak kerambah-kerambah, tambah Darmadi kembali mencohkan.

Lebih lanjut Darmadi menjelaskan, permasalahan bukan hanya menyusutnya daya tampung Situ, namun permasalahan lain seperti halnya tumbuhnya rumput liar disekitar situ pun menjadi fokus kita untuk melakukan pemeliharaan.

“Namun peliharaan yang kita lakukan semaksimal mungkin tersebut tentu dengan cara kita, paling tidak supaya lahan disekitar Situ tidak nampak layaknya seperti hutan maka dilakukanlah pembersihan dengan tujuan dapat dinikmati dulu oleh masyarakat,” katanya.

Diakui Darmadi, kalau berbicara soal Situ yang kita urus ini, waktu itu jauh sebelum adanya Pandemi Covid-19 ini hampir secara keseluruhannya pernah kita desain. Sebut saja diantaranya Situ Sanghiyang, Cipajaran, Cibereum dll. Bahkan tidak sedikit anggarannya terserap, yakni sampai puluhan milyar hanya untuk mendesain.

Namun, seiring kepempimpinan tertinggi Jabar berubah. Sekarang jamannya Gubernur Jabar Ridwan Kamil, kita terkonsentrasi ketingkat infrastruktur. Bahkan Gubernur sudah berfikir lebih jauh untuk merevitalisasi semua Situ agar multy fungsi, baik berfungsi sebagai tampungan juga Situ diberdayakan menjadi obyek wisata untuk masyarakat.

Tujuan Gubernur sangat bagus, mungkin lantaran situasi dan kondisinya sulit seperti ini, akhirnya upaya Gubernur belum dapat mewujudkan Situ sebagai ikon kota. Mudah-mudahan. |TOM|

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *