Layanan RSCK Masih Dipersoalkan, Suster Minta Maaf, Dokternya Cuek Saja

Bandung Barat, PelitaOnline–Masih ingat insiden sempat tertukarnya bayi putra salah satu pejabat Kabupaten Bandung Barat (KBB), di Rumah Sakit Cahya Kawaluyaan (RSCK) dua hari lalu? Pada saat itu, Aseng Djunaedi pejabat KBB yang menduduki jabatan Asisten I Bidang Tata Pemerintahan tersebut meradang karena insiden tersebut. Plus dikecewakan oleh layanan salah seorang dokter jaga, yang tidak menggubris permintaan supaya bayinya segera dimasukan di ruang rawat inap.

Pihak rumah sakit memang telah mengklarifikasi insiden tersebut, dan meminta maaf melalui media. Namun kata Aseng, hingga kini dokter jaga itu tidak memiliki itikad baik. “Malahan yang datang ke rumah saya adalah suster yang waktu peristiwa si adek (bayinya) tertukar. Saya salut dengan kedatangannya. Dia minta maaf, nyari-nyari rumah saya supaya bisa minta maaf langsung,” tutur Aseng pada wartawan Minggu (17/3/2019) melalui telepon selulernya.

Sebenarnya kata Aseng, ia sudah memaafkan suster tersebut. Namun yang masih ia sesalkan adalah ulah dokter jaga itu. Jangankan datang ke rumah langsung, kontak melalui handphone-pun tidak ada. Padahal, pelayanan buruk itulah yang membuatnya kecewa berat.

“Pada saat saya berada disamping bayi, dokter itu lewat. Saya memanggilnya dan menanyakan untuk ketiga kalinya untuk dipindahkan ke ruang 3207 yang sudah siap. Eh, cuma bicara, yah tunggu. Sama sekali nggak berusaha untuk mendekati atau minimal melihat pasien,” beber Aseng.

Untuk Standar Operasional Prosedur (SOP) layanan di rumah sakit, seperti yang ia jalankan ketika menjadi direktur RSUD Ciereng Subang, salah satunya berusaha menyenangkan pasien. Jika dipanggil oleh pasien, paling tidak dokter atau paramedis lainnya menemuinya walaupun hanya sejenak.

Aseng menyesalkan, semua itu tidak dilakukan oleh dokter jaga tersebut. Jangankan senyum, sapa dan servis (3 S), melirikpun tidak. Jadi ia merasakan tidak diacuhkan karena waktu pengobatan anaknya menggunakan jasa layanan Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS). “Ternyata setelah keluhan saya dimuat rekan-rekan media, banyak yang dukung saya melalui wa (Whats App) supaya pihak manajemen rumah sakit menjatuhkan sangsi pada dokter itu,” ucapnya lagi.

Pesan di Whats App tersebut kata Aseng, terutama datang dari sejumlah Kepala Desa (Kades) yang sering mengantarkan warganya berobat menggunakan BPJS. “Saya ingin tahu, berani nggak pihak Yayasan memberhentikan orang seperti itu?” tegasnya.

Meski demikian, Aseng tidak menampik jika di rumkit tersebut ada juga diantaranya yang memberikan pelayanan baik seperti dr Nyoman. Bahkan ia memuji suster Audi, yang tadi siang datang ke rumahnya untuk meminta maaf. “Saya salut sama suster Audi, berani datang ke rumah. Dan saya juga minta ke pihak manajemen, supaya dia jangan diberikan punishman gara-gara waktu itu. Jujur saja, saya empati sama dia,” tutur Aseng.

Ia juga mengatakan, dalam waktu dekat ia akan datang ke RSCK, bersama orang-orang yang pernah merasakan perlakuan yang sama untuk menyampaikan keluhan sama. “Ini merupakan kepedulian kita terhadap rumah sakit itu, dan terutama terhadap pasien BPJS yang harus mendapat pelayanan maksimal. Biar ada perubahan,” tuturnya. (Hens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *