Di Kab. Bandung Konsumsi Nonberas Nonterigu Masih Rendah

Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bandung menggelar acara Forum Perangkat Daerah Dinas Pangan dan Perikanan tahun 2019 (perencanaan tahun 2020), di Bale Sawala, Kompleks Pemkab Bandung, Soreang, Senin (18/2-2019).* drd

SOREANG, PelitaOnline — Kondisi ketersediaan ketahanan pangan Kabupaten Bandung dinilai sudah cukup, namun konsumsi pangan nonberas nonterigu masih di bawah target, meski pada tahun lalu ada peningkatan. Imbasnya, ketercapaian skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung, belum memenuhi target.

“Ini karena sulitnya mengubah perilaku konsumsi dari beras ke nonberas,” jelas Kasubag Perencanan Penyusunan Program Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bandung, Nurjanah, di sela-sela acara Forum Perangkat Daerah Dinas Pangan dan Perikanan tahun 2019 (perencanaan tahun 2020), di Bale Sawala, Kompleks Pemkab Bandung, Soreang, Senin (18/2-2019).

Menurut Nurjanah, saat ini ketercapaian skor PPH konsumsi Kabupaten Bandung sebesar 84 dari target skor PPH sebesar 86. Sedangkan skor PPH ketersediaan mencapai 88.

“Kalau tahun lalu konsunsi hanya sebesar 79, ada peningkatan sekian poin dari taget,” kata Nurjanah.

Untuk itu, tutur Nurjanah, pihak Dinas Pangan dan Perikanan Kabupaten Bandung terus meningkatkan program pola konsumsi pangan.

Perencanaan program tahun 2020, antara lain di bidang pangan, ketersediaan pangan dan distribusi pangan. Seperti pemantapan cadangan pangan pemerintah daerah, penanganan daerah rawan pangan, serta penguatan lembaga distribusi pangan.

“Untuk bidang konsumsi arahannya pada penganekaragaman konsumsi pangan. Jadi kita berupaya untuk meningkatkan gerakan konsumsi nonberas nonterigu, karena kosumsi beras tinggi, sedangkan konsumsi nonberas nonterigu masih rendah,” ucap Nurjanah.

Karena itu, tuturnya, perlu gerakan mengonsumsi pangan nonberas nonterigu, seperti umbi-unbian, ikan, dan protein hewani lainnya. Kemudian peningkatan sosialisasi keamanan pangan untuk diuji.

“Pangan segar diuji sample-nya, termasuk jajanan anak sekolah yang saat ini masih belum aman,” imbuhnya.

Untuk perikanan perlu peningkatan produktivitas dan peningkatan nilai tambah dari produksi perikanan. Ketersediaan ikan harus dibarengi peningkatan produktivitas dari usaha perikanan itu sendiri, sehingga perlu teknologi.

Ketersediaan ikan, menurut Nurjana, saat ini tercukupi. Target tahun 2020 sebesar 15 ribu ton, saat ini baru tercapai sekitar 14 ribu ton. Ia optimis target sebesar itu bisa tercapai.

Untuk mencapai target, tutur Nurjanah, salah satunya melalui perbaikan distribusi, karena tidak semua wilayah berpotensi perikan.

“Upayanya bagaimana agar yang tidak punya potensi tetap bisa makan ikan. Diharapkan dengan adanya pasar ikan modern bisa menjadi distribusi yang hanya ikan air tawar, tapi ikan air laut. Salah satu upayanya melalui peningkatakan kosumsi ada gerakan makan ikan serta dibantu bidang konsumsi melalui muatan lokal ke SD sampai tingkat SMA untuk memberikan penerangan makanan yang bergizi, sehat, seimbang, dan aman,” papar Nurjanah.

Potensi ikan di Kabupaten Bandung, tuturnya, hanya ikan air tawar dan ikan hias, diharapkan bisa meningkat.

“Namun banyak kendala dalam produksi ikan di antaranya karena lahan makin menyempit, namun bagaimana caranya agar tetap berproduksi,” jelas Nurjanah.* drd/har

Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bandung menggelar acara Forum Perangkat Daerah Dinas Pangan dan Perikanan tahun 2019 (perencanaan tahun 2020), di Bale Sawala, Kompleks Pemkab Bandung, Soreang, Senin (18/2-2019).* drd

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *