Tes Urine, Pengurus Kwarcab Gerakan Pramuka KBB Negatif

BANDUNG BARAT PelitaOnline-Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Bandung Barat (KBB) melakukan tes urine terhadap 10 Pengurus Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka setempat, kemarin (Rabu, 28/8/2019) di Hotel Garden Permata Jalan Lembah Neundeut Setrasari Kota Bandung. Hasil tes, dari 10 orang tersebut dinyatakan negatif.

Kegiatan tersebut dilaksanakan disela-sela Bimbingan Teknik (Bimtek) Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) yang juga diikuti oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) KBB, Rabu (28/8/2019) di Hotel Garden Permata Setrasari Kota Bandung.

Ketua Kwarcab Gerakan Pramuka KBB Aseng Junaedi menyatakan jika organisasinya siap membantu BNN untuk program P4GN tersebut. Kesiapan itu diawali dengan tes urine bagi para pengurus Kwarcab.

Selanjutnya Kwarcab Gerakan Pramuka KBB secara khusus akan membentuk Satuan Kerja (Saka) Anti Narkotika, menambah 11 Saka yang sudah ada. “Untuk pelantikan Saka ini kita menunggu keputusan tetap dari Kwarda. Tetapi untuk di KBB akan mengaplikasikanya dari mulai sekarang. Kita jalan saja,” ujar Aseng.

Ia juga memaparkan, dulu Indonesia hanya sebagai tempat transit bagi para bandar narkoba, untuk menyuplai ke Singapura dan Malaysia. Tetapi sekarang, Indonedisia justru menjadi destinasi sasaran mereka.

Menurutnya, senjata yang paling kuat untuk menghancurkan sebuah negara dengan narkotika. Tidak menutup kemungkinan Bandung Barat sebagai salah satu sasarannya, karena paling banyak pesantrennya

Hal itulah yang mendorongnya untuk berbuat agar penyebaran narkoba bisa dihentikan di daerahnya. Melalui gerakan pramuka, kata Aseng P4GN bisa relatif berjalan dengan baik. “Insha Allah akan kita gencarkan lagi gerakan P4GN ini,” tuturnya.

Sementara Ketua BNN KBB Sam Norati Martiana menyatakan narkotika saat ini tidak hanya merusak kalangan di perkotaan saja. Akan tetapi sudah merambah ke pelosok desa. Bahkan ironisnya 10 % keuntungan dari penjualan narkotika digunakan untuk laboratorium, untuk penyogokan petugas lapas, aparat dan untuk dibagikan secara cuma-cuma kepada calon pemakai sebagai perangsang .

“Nanti setelah pemakai kecanduan, baru diperjual belikan. Karena narkotika sifatnya adiksi (kecanduan),” bebernya.

Dikatakan Sam, penanganan narkoba tidak akan bisa tuntas karena dibarengi oleh godaan nafsu syetan. Pada zaman dahulupun, sudah ada minuman tuak yang bisa memabukkan. Bahkan di Aceh dipakai sebagai bumbu masak.

Penyalahgunaan narkotika tersebut, boleh jadi karena ketidaktahuan masyarakat. Oleh karena itu, BNN harus memperkenalkan macam-macam dan jenis narkoba yang beredar di masyarakat.

“Melalui kegiatan ini BNN menjalin kerjasama dengan MUI dan Kwarcab untuk dijadikan mitra kerja dalam penanganan P4GN di Bandung Barat,” tutur Sam. (Nie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *