SMAN 25 Bandung Bagian Dari Program Sekokah Penggerak dan Jabar Masagi

BANDUNG,||Pelita Online|| -SMA Negeri 25 Bandung, kembali melaksanakan pembelajaran berbasis projek sebagai bagian dari program sekolah penggerak dan Jabar Masagi. Setiap projek yang dilaksanakan selalu memiliki ciri tersendiri dan meninggalkan kesan dan pembelajaran untuk peserta didiknya.

Menurut Hj Siti Nurmala, Kepala SMAN 25 Kota Bandung, program ini rutin dilakukan secara berkala dan terjadwal guna penanaman karakter yang sesuai dengan tuntutan profil pelajar pancasila dan kurikulum merdeka belajar. Orientasinya kata Nurmala, adalah siswa yang lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran serta memiliki pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pembelajaran berbasis proyek ini  merupakan strategi tertentu dalam pembelajaran yang mengubah atau membalikkan wajah kelas tradisional.

Dijelaskannya, melalui pembelajaran ini, pembelajaran di kelas yang umumnya menggunakan pembelajaran konvensional menjadi lebih inovatif. Dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik melakukan investigasi (penyelidikan) melalui pertanyaan terbuka, menerapkan pengetahuan untuk menghasilkan produk.
“Selain itu, dalam pembelajaran ini diatur agar peserta didik yang lebih aktif dalam pembelajaran dengan bekerja sama dalam satu kelompok. Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang berbasis pada peserta didik  dan dapat dipilih serta digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang akan memberikan warna baru dalam pembelajaran yang umumnya cenderung konvensional,”ujarnya

Dia menambahkan, pelaksanaan projek ketiga ini dinamai JAMPARING atau akronim dari Jelajah Budaya dan Tradisi Bangsas ini dilaksanakan pada Kamis, 19 Mei 2022 dengan tujuan lokasi observasi yakni Kampung Naga Tasikmalaya dan Situ Bagendit Garut. Alasan pemilihan lokasi ini karena Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat Sunda yang masih tetap melestarikan kearifan lokal yang mengandung banyak nilai-nilai yang dapat dipelajari dan diteladani.

Sejatinya, kegiatan menjelajah budaya dan tradisi mempunyai manfaat, sarat makna, sarat nilai-nilai luhur, menarik dan unik. Kampung Naga juga memiliki kriteria untuk dijadikan objek studi budaya yang secara esensial terdapat unsur-unsur yang diamati baik segi sosiologis, sejarah, bahasa sunda dan kearifan lokal dalam kemajemukan suku bangsa serta secara geografis lokasi dekat dan terjangkau dari kota Bandung sehingga pelaksanaan pembelajaran berbasis projek lebih efektif dan efisien dalam rangka penguatan karakter profil pelajar pancasila.

“Itulah kiranya yang disampaikan ketua pelaksana Bapak Raden Ryan Haryadi, S,Pd.,Gr. Selain itu SMAN Negeri 25 Bandung berharap kegiatan jelajah budaya ini sebagai sarana menumbuhkan nilai nilai pelajar pancasila dan dapat mengenal budaya dan tradisi bangsa sehigga nantinya dapat menumbuhkan semangat nasionalisme dan patriotisme bedasarkan kebinekaan bangsa,”tuturnya

Jelas Nurmala bahwa, peserta jelajah budaya Kampung Naga dan Situ Bagendit ini yakni peserta didik kelas X yang berjumlah 418 siswa. Antusias yang tinggi dari peserta didik mengikuti kegitan projek ketiga ini, hampir seluruhnya ikut menjadi bagian dalam kegiatan ini, hanya 11 orang yang menyatakan tidak mengikuti dikarenakan berbagai hal yakni harus mengikuti karantina pemilihan duta Genre 2022 serta sebagiannya lagi dalam kondisi yang sakit sehingga tidak memungkinkan mengikuti jelajah budaya.

“Dalam pelaksanaan projek Jamparing ini mata pelajaran yang terlibat diantaranya Bahasa Sunda, Penjaskes, PPKN, Sejarah Indonesia, dan sosiologi. Kelima mata pelajaran ini berkolaborasi menyusun lembar kerja peserta didik dalam menjelajahi budaya dan tradisi kampung Naga dan Situ Bagendit,”ucapnya.(cak)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed