BANDUNG BARAT, |Pelita Online|
Sedotan Bambu adalah sebuah sedotan yang diciptakan untuk mengurangi penggunaan plastik. Itulah sebabnya, sedotan ini dinilai sebagai barang yang ramah lingkungan.
Alasan itu pula yang menjadi motivasi Wawan Setiawan untuk memproduksi sedotan bambu. Pria separuh baya penduduk Desa Jambudipa Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat (KBB) tersebut, berhasil memproduksi sedotan bambu bernilai ekonomis dengan pangsa pasar yang jelas.
“Produk kita sudah masuk pasar bebas reseller. Mulai dari dalam negeri sampai London Inggris kita suplay,” ujar Wawan, disela-sela koordinasi dengan Bidang Agro Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) KBB di Ngamprah, Rabu (26/2/2020).
Untuk suplay produknya ke reseller, ia bahkan telah melakukan kontrak kerja. Ekspor barang ke London dilakukannya selama dua bulan sekali dengan rata-rata bernilai Rp40 juta-an. Sedangkan nilai nominal pengiriman dalam negeri per dua bulan rata-rata mencapai Rp20 juta-an.
Bisnis tersebut belakangan mulai dirasakan Wawan, setelah lima tahun ia fokus memproduk berbagai macam perabot rumah tangga dan kerajinan dari bambu. Terlebih dengan sedotan bambu yang memiliki daya jual lumayan tinggi di pasar bebas, bisa membantu perekonomian keluarga.
Ia mengaku bisnis sedotan bambu cukup menjanjikan. Terutama pasar di luar negeri yang tengah konsen dengan barang-barang ramah lingkungan. “Kalau mau tembus pasar ke luar negeri, ya kita harus menjaga kualitas dengan dukungan legalitasnya untuk meyakinkan mereka,” ungkapnya.
Ia sendiri untuk memproduk sedotan bambu, harus mencari kesana kemari bahan bakunya. Bersyukur kini ia telah bekerjasama dengan para petani di Magelang dan sekitar Ujung Kidul Jogyakarta untuk bambunya sehingga tidak lagi dipusingkan dengan bahan baku.
Menurutnya, bahan baku sedotan yang diproduknya, harus berkualitas tinggi. Untuk mendapatkan bambu berkualitas, ada trik-trik penebangannya. Makanya, ia bekerjasama denga para petani di sana supaya mereka faham ketika melakukan penebangan.
“Waktu menebangnya, tidak bisa sembarangan. Tapi harus dilakukan diantara jam 12.00-14.00 WIB, seperti yang dilakukan oleh para orangtua kita di zaman dulu,”terangnya.
Bukan karena mitos, jika penebangan dilakukan pada jam-jam tersebut. Tapi Wawan meyakini jika pada waktu-waktu tertentu tingkat glukosa bambu sedang tinggi sehingga tidak bagus jika ditebang. Hal itu akan mempengaruhi kualitas bambunya dan bisa cepat rusak.
Berbicara tentag mengelola bisnis kerajinan bambu yang digelutinya, Wawan mengaku selama ini hanya bisa dilakukan paruh waktu. Karena selama ini, ia masih bekerja di salah satu perusahaan menjadi konsultan pengawas proyek. Namun ada empat orang yang membantu membuat berbagai kerajinan bambu, termasuk sedotan bambunya.
Selain sedotan bambu, produk Wawan yang cukup dikenal adalah perabotan rumah tangga seperti cangkir, gelas, teko, sendok bahkan termos yang keseluruhannya berbahan baku bambu. Cuma diakuinya produk yang paling menonjol adalah sedotan bambu.
“Per bulannya kita bisa menghasilkan 15.000 bungkus. Untuk satu bungkus berisikan 20 buah berukuran besar dan kecil. Untuk harga yang besar Rp35.000/ box, kalau yang kecil Rp25.000/ box,” terang Wawan. (Nie)