BANDUNG BARAT-PelitaOnline-Predikat cantik, ternyata bukan hanya dilabelkan pada wanita yang memiliki paras menarik saja. Akan tetapi hewanpun suka dibilang cantik, apabila wajahnya bersih, sehat dan berbeda dengan yang lainnya. Seperti halnya, sapi perah juara 2 untuk kategori usia 12-13 bulan pada Kontes Ternak Tingkat Kabupaten Bandung Barat (KBB) tahun 2019 yang dipanggil si “cantik” oleh pemiliknya.
Bahkan Tantan (38), pemilik sapi perah tersebut memberi nama Yeni pada hewan peliharaannya itu bak nama manusia saja. “Namanya memang Yeni. Kayaknya pantas dikasih nama itu, soalnya cantik,” celotehnya, pada Pelita Online, Senin (9/7/2019) di Lapang Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua.
Menurut peternak berasal dari Kampung
Pameuceulan RT 3 RW 14 Desa Sukajaya Kecamatan Lembang ini, salah satu faktor yang membuat si Yeni menyandang predikat juara juga karena hewan itu dipandang “cantik”. Selain itu Yeni juga memiliki postur tubuh yang tinggi besar dengan bobot sekitar 18 kwintal pada usia 13 bulan.
Untuk memiliki hewan yang sehat dan bersih seperti Yeni ini, kata Tantan tidak ada resep khusus. Hanya faktor pemeliharaan saja secara rutin untuk menjaga kebersihannya. Terlebih untuk sapi perah, yang membutuhkan ekstra bersih karena untuk menjaga kualitas susunya.
“Dimandiinnya sama air dingin saja kok. Nggak pakai air hangat. Cuma karena dasarnya si Yeni ini memang kulitnya bagus mengkilap, jadi kelihatan segar saja. Masih perawan (belum dikawinkan) lagi,” beber anggota Kelompok Tani Mekar Rahayu ini.
Sayangnya dibagian pundak, si Yeni kehilangan rambutnya sepanjang beberapa centi meter. Hal itulah yang mengurangi penilaian para juri. Padahal kata Tantan, sebelumnya sapi yang ia rawat tersebut, juara 1 pada saat kontes dengan penyelenggara Koperasi Ternak Sapi Bandung Utara (KSPBU) jadi juara satu.
“Gara-gara lecet di pundaknya, si Yeni hanya juara 2. Ya kalah sama si Fitri (sebutan versi Tantan) yang jadi juara satu itu,” ungkapnya, seraya menunjuk pada sapi di sebelahnya.
Untuk soal isi perut buat si Yeni, tidak ada yang istimewa. Sama saja dengan sapi-sapi lain miliknya, mulai dari rumput gajah, ampas tahu atau konsentrat yang didapatnya dari KSPBU.
Hanya disaat musim kemarau seperti sekarang ini, pihaknya mengalami kesulitan rumput. Di wilayah sekitar Lembang, rumput gajah sudah agak sulit karena lahannya telah padat dengan pemukiman penduduk.
Terpaksa Tantan harus mencari ke daerah Subang. Tentunya, ia harus mengeluarkan kocek lagi untuk biaya transpor dan upah penyabit rumput.
“Ya mau bagaimana lagi, terpaksa kita cari ke luar supaya makanan sapi-sapi kita ada rumputnya juga,” tuturnya. (Nie)