JABAR, faktabandungraya.com,– Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, Dicky Saromi menghimbau kepada seluruh masyarakat Jabar harus tetap waspada san siaga darurat. Karena hampir seluruh wilayah Jabar memiliki potensi rawan Banjir dan Tanah Longsor, terutama yang tinggal di wilayah Tengah dan Selatan Jabar,
Sekarang sudah masuk musim hujan, untuk itu, mari kita sama-sama untuk melakukan pengurangan risiko bencana atau mitigasi. Terutama di wilayah Tengah dan Selatan Jabar yang berpotensi tinggi bancana banjir dan tanah longsor.
Demikian dikatakan Kalak BPBD Jabar Dicky Saromi dalam press conference tentang siaga darurat banjir dan tanah longsor di Jawa Barat , di Gedung Sate, Jl Diponegoro No. 22, Kota Bandung, Rabu (14/11-18).
Dikatakan untuk meningkatkan kewaspadaan akan bahaya bencana alam, pemerintah provinsi Jabar telah menetapkan status bencana banjir dan longsor sejak 1 November 2018-31 Mei 2019. Penetapan status tersebut berdasarkan SK Gubernur Jabar Nomor 362/Kep.1211-BPBD/2018.
BPBD Jabar juga sudah melakukan kegiatan mitigasi, baik mitigasi struktural dan nonstruktural. Untuk Mitigasi struktural, BPBD telah melakukan kegiatan diseminasi, seperti himbauan dan peringatan dini lewat media sosial terhadap daerah-daerah yang rawan bencana.
Selain itu, kegiatan Mitigasi struktural, seperti terus menjaga hutan, kita tingkatkan tutupannya/ reboisasi; membangun pengendali banjir sampai tuntaskan. Termasuk juga memperbaiki drainase atau sistem tata pengelolaan airnya; membersihkan sampah yang dapat menyumbat aliran air, jelasnya.
Dicky juga mengungkapkan, ada beberapa faktor penyebab terjadinya bencana yaitu. Pertama, dari sisi tutupan lahan hutan yang rata-rata masih di bawah 20% untuk seluruh DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum. Idealnya kawasan tutupan lahan hutan berada di kisaran 30% untuk setiap DAS.
Kedua, potensi air permukaan dimana curah hujan yang mencapai 48 miliar meter kubik setiap tahun hanya bisa dimanfaatkan sebesar 15 miliar meter kubik. Sementara sisanya terbuang ke luat atau menjadi run off.
Hampir sebagian besar terbuang ke laut atau menjadi run off. Kalau menjadi run off akan berakibat
banjir kalau tata airnya tidak baik, terutama drainase atau aliran-aliran airnya. Ini yang harus kita
perhatikan. Sedangkan faktor ketiga adalah tata ruang dan bangunan. Untuk itu harus perketat dalam memberikan perijinan.
Lebih lanjut Dicky menjelaskan, Wilayah Jabar berpotensi tinggi bencana banjir terletak pada bagian utara dan tengah Provinsi Jabar, yaitu: Kab. Cianjur, Kab. Bandung, Kab. Kuningan, Kab. Cirebon, Kab. Majalengka, Kab. Sumedang, Kab. Indramayu, Kab. Subang, Kab. Purwakarta, Kab. Karawang, Kab. Bekasi, Kota Bandung, dan Kota Cirebon.
Sedangkan untuk daerah potensi longsor, ada di wilayah tengah dan selatan Jabar, yaitu Kab. Indramayu, Kab. Bekasi, Kota Bogor, Kota Cirebon, dan Kota Cimahi yang tingkat kerentanan gerakan tanahnya sedang. Namun, harus menjadi perhatian terhadap wilayah tengah dan selatan Jabar.
Adapun terkait bencana Banjir sudah terdapat 23 kejadian banjir dan 60 kejadian tanah longsor. Termasuk di tiga wilayah, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Pangandaran dengan total jumlah pengungsi mencapai 2.243 kepala keluarga, 7.099 jiwa.
“BPBD Jabar sudah melakukan dan memberikan bantuan-bantuan, baik memberikan bantuan pengungsian, bantuan makanan siap saj, bantuan peralatan berupa tenda dan dapur Umum. Namun, bila rasa masih butuh bantuan kita akan upaya dan berkoordinasi dengan lintas sektoral ( OPD) maupun pihak ketiga/perusahaan swasta yang ada di Jabar. , tandasnya. (h2w)