Inovasi dan Kreatifitas Tak Bisa Digantikan : Begini Kata Wahyu Mijaya

BANDUNG, ||Pelita Online||- Berinovasi dan berpikir kreatif tidak bisa digantikan oleh kecerdasaan buatan (artificial intelligence/AI). Sehingga, fungsi guru saat ini bukan hanya mengajar keilmuan, tapi menginspirasi dan mendidik karakter siswa.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat (Jabar), Wahyu Mijaya pada Seminar Nasional Pendidikan Vokasional (Senavok) di Gedung Achmad Sanusi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kota Bandung, Rabu (18/10/2023).

Dalam seminar bertema “Peran Guru Teknik dan Vokasi dalam Menjawab Tantangan Transformasi Digital di Era Merdeka Belajar tersebut, Kadisdik menjelaskan, jika materi pendidikan hanya mengacu pada bahan ajar, bisa jadi ke depannya materi tersebut sudah berganti. “Namun, membangun karakter siswa dan soft skill-nya itu diperlukan seumur hidup,” tegasnya.

Jabar, lanjutnya, concern pada pengembangan pendidikan vokasi melalui bidang Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK). Berbagai program pun telah diluncurkan untuk peningkatan mutu pendidikan SMK di Jabar. Mulai dari lahirnya 35 SMK BLUD, 305 SMK pusat keunggulan, optimaliasi teaching factory, kelas industri, sekolah pencetak wirausaha, dan EduFest.

Pendidikan vokasi di Jabar pun, tambah Kadisdik, berusaha beradaptasi dengan kondisi peta pembangunan. “Seperti yang terjadi di kawasan Metropolitan Rebana, ada 17 SMK yang sudah membuka kompetensi baru sesuai kebutuhan di daerah tersebut,” ungkapnya.

Kadisdik menambahkan, upaya-upaya yang dilakukan Disdik Jabar bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Jabar agar mampu mencapai Indonesia maju pada tahun 2045. “Ada tiga syarat utama menjadi negara maju, yakni demokrasinya damai dan kondusif, ekonomi tumbuh 5 persen serta SDM yang kompeten,” tuturnya.

Sedangkan Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Kiki Yuliati menuturkan, fokus utama pendidikan vokasi adalah peningkatan kebekerjaan/kewirausahaan lulusan dan kemitraan dengan dunia kerja.

“Lulusan pendidikan vokasi diharapkan dapat bekerja/berwirausaha dengan pendapatan yang layak sesuai keahlian mereka. Untuk mencapai itu, di sanalah peran kemitraan dan penyelarasan,” ujarnya.

Adapun pemanfaatan teknologi, tambahnya, sangat bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran vokasi, asal dengan ketentuan dan pengawasan. Kiki menuturkan, teknologi AI bisa dimanfaatkan untuk memajukan proses pendidikan dengan tetap menjaga pengambilan keputusan dan penilaian tetap dilakukan oleh manusia.

Selain itu, lanjutnya, kritisi kualitas data yang digunakan AI yang dimanfaatkan dalam pembelajaran harus data yang bebas bias. “Terakhir, pastikan pemanfaatan AI tidak meninggalkan sebagian siswa, pendidikan harus berjalan inklusif,” katanya.

Kegiatan yang dibuka oleh Rektor UPI, Solehudin ini diikuti peserta dari berbagai kalangan, mulai dari dosen, guru, mahasiswa, dan masyarakat.

Selain seminar nasional, kegiatan ini juga diisi pameran pusat keunggulan vokasi. Ada belasan SMK Jawa Barat yang memamerken karya dan produk unggulannya masing-masing.(disk/cak)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *