BKKBN Jabar Ajak Mitra Kerja Lakukan Tindakan Preventif Stunting

BANDUNG BARAT, |Pelita Online|
Angka stunting atau tubuh kerdil di Jawa Barat (Jabar) hingga kini masih tergolong tinggi. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Jawa Barat tercatat ada 29,9% atau 2,7 juta balita yang terkena gagal tumbuh tersebut.

Penyandang stunting di Jawa Barat tersebut berada di tiga belas kota/kabupaten dengan persentase yang berbeda-beda. Persentase di Kabupaten Garut (43,2%), Kabupaten Sukabumi (37,6%), Kabupaten Cianjur (35,7%), Kabupaten Tasikmalaya (33,3%), Kabupaten Bandung Barat (34,2%), Kabupaten Bogor (28,29%), Kabupaten Bandung (40,7%), Kabupaten Kuningan (42%), Kabupaten Cirebon (42,47%), Kabupaten Sumedang (41,08%), Kabupaten Indramayu (36,12%), Kabupaten Subang (40,47%), dan Kabupaten Karawang (34,87%).

Menurut Kepala Sub Bidang Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jabar Arif Zaidar, saat ini Pemerintah Provinsi Jabar tengah fokus terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui berbagai program, sebagai tindakan untuk mencegah terjadinya stunting.

“Upaya yang kita lakukan (BKKBN), sebagai tindakan promotif dan preventif persoalan stunting ini difokuskan pada 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Namun prakteknya harus melibatkan berbagai leading sektor,” ujar Zaidar, usai menjadi pemateri dalam kegiatan Bimbingan Teknis Mitra Kerja Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) KBB, Jum’at (22/11/2019) di Ngamprah.

Dijelaskan Zaidar, 1.000 HPK bagi seseorang itu dimulai dari dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Pada masa inilah, rentan terjadinya stunting akibat kekurangan gizi.

Oleh sebab itu, penanganan stunting dikatakan harus ditangani secara bersama-sama menurut Zaidar, karena ada beberapa asfek yang menyebabkan terjadinya stunting. Mulai dari faktor kemiskinan keluarga, ketidakfahaman tentang pentingnya nutrisi bagi ibu hamil dan tidak terjaganya stabilitas emosionalnya hingga rendahnya nilai asupan gizi bayi yang membuat penyebab stunting tersebut perlu difahami masyarakat.

“Upaya promotif dan preventif inilah yang harus gencar dilakukan. Karena 70 persen dari 30 persen yang stunting, yang harus kita selamatkan,” tegasnya.

Untuk penyelamatan tersebut, Zaidar mengajak seluruh masyarakat terutama mitra kerja BKKBN, bekerjasama cegah stunting ini. Gubernur Jabar Ridwan Kamil kata Zaidar, bahkan dengan tegas meminta seluruh kota/ kabupaten berkomitmen untuk memprogramkan peningkatan derajat kesehatan agar tidak ada lagi masyarakatnya yang stunting.

“Persoalannya stunting ini bukan sekedar urusan tinggi badan saja, tapi pertumbuhan otaknya juga lemah. Kalau masyarakat Jabar seperti itu, bagaimana generasi ke depannya,” ucap Zaidar. (Nie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *