Catatan : Iswan Darsono.
Wabah virus Corona (Covid-19) tidak hanya berdampak pada sisi kesehatan saja, Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok, ini bahkan turut mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Ekonomi global dipastikan melambat, menyusul penetapan dari WHO yang menyebutkan wabah Corona sebagai pandemi yang mempengaruhi dunia usaha.
Hal itu, sangat dirasakan oleh sebagian masyarakat disiantero nusantara. Burhan Sudjani, salah seorang warga masyarakat dari Tasikmalaya misalnya, Eksponen 66 dan 98 yang juga aktivis aktif selaku Ketua Tim 7 di Lembaga Pemantau Penyelenggaraan Negara Republik Indonesia (LPPNRI) ini, menuturkan ditengah himpitan ekonomi yang kian sulit, akibat pandemi covid 19, bertani merupakan pilihan tepat bagi masyarakat yang ingin ber-inovasi ke bidang pertanian.
“Jika dipandang dari sudut ekonomi, bertani adalah pilihan yang tepat untuk dapat memenuhi kebutuhan dimasa sulit ini,” kata Burhan
Menjadi petani memang belum banyak diidamkan generasi muda (milenial) namun setidaknya peranan Pemerintah harus terus memotivas, mendorong, agar mereka anak muda milenial mau menggarap lahan, hingga tidak ada lagi istilah lahan terlantar.
Artinya, jangan sampai ada lahan terlantar. Semuanya harus termanfaatkan semaksimal mungkin dengan berbagai komoditas tanaman yang pada akhirnya dapat menjadi incam bagi mereka. “Dan itu adalah solusi yang paling efektif memperbiki ekonomi petani dengan kondisi Covid-19 yang sangat memprihatinkan” ucap Burhan
Namun disisi lain, bantuan-bantuan yang disalurkan pemerintah juga harus efektif dan tersalur resmi pada kepenggarap yang melakukan langkah-lankah positif. Jangan sampai bantuan pemerintah tersalur kemana-mana, akhirnya tidak terserap hingga tidak mencerminkan peningkatan bagi kehidupan mereka.
Seperti halnya bantuan pupuk, benih, bibit dan sebagainya harus efektif tersalur kepada penggarap yang memang melaksanakan. Jangan sampai bantuan-bantuan yang seharusnya kepenggarap banyak penyimpangan yang dilakukan oleh para katalis sendiri.
Karena pada prinsifnya, penggarap itu ingin instan dan tidak mau mereka itu menunggu lama, mereka ingin instan langsung. Kalau bisa komoditas yang mereka taman harus menjadi uang saat itu juga, ujar Burhan mengambarkan.
Kalau tidak sesuai dengan harapan dan ketentuannya, berarti itu adalah pelanggaran dan termasuk ke indikasi korupsi. Satu atau dua orang itu tidak seberapa. Tetapi kalau banyak orang berarti tujuan pemerintah dalam membantu petani itu tidak tercapai pada peningkatan tujuan yang signifikan.
Sebagaimana diketahuinya, memang selama ini pemerintah banyak melakukan bantuan-bantuan tetapi tidak ada pengawasan. Pengawasannya sangat kurang efektif dan akhirnya mereka hanya melakukan satu kegiatan dimana mereka saling memanfaatkan bantuan terebut, cetus Burhan.
Karena hemat saya, kegiatan yang mereka salurkan itu hanya bersiffat kajian proyek saja, bukan kajian manfaat, tambah Burhan yang sekarang mengaku tengah memantau beberapa bantuan baik yang baru saja tersalurkan maupun yang akan dikucurkan dalam waktu dekat ini melalui Lembaga Pemantau Penyelenggara Negara Republik Indonesia **