TASIKMALAYA|Pelita Online| Para petani/peternak ikan di Kelurahan Parakannyasag, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya mengaku rugi jutaan rupiah lantaran air irigasi teknis yang diandalkan para pembudidaya/petani ikan dari irigasi tersebut mengalami kekeringan.
Sebagaimana diketahui, beberapa tahun lalu air yang mengalir dari saluran irigasi ini cukup dapat diandalkan oleh para petani, bukan hanya petani holtikura melainkan pembudidaya perikanan pun cukup menjanjikan.
Tapi kini, kondisi irigasi teknis tersebut seakan merana dan kehilangan fungsinya. Air yang tadinya melimpah kini hilang wibawa. Kendati pun air nya datang secara tiba-tiba, itu pun tidak akan sampai ke petani ikan yang berada di ujung aliran irigasi, karena berbagai kepentingan para kelompok tani yang mengandalkan air irigasi tersebut.
Pelaku usaha perikanan yang tergabung pada Poktan Tani Organik Mandiri (TOM) mengeluh rugi jutaan rupiah, lantaran kolam ikan-nya mengalami kekeringan hingga anakan ikan Gurame yang belum lama ini disebar tersebut mati kekurangan air.
“Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpah tangga. Mungkin itu ungkapan yang pas menggambarkan dinamika yang sedang terjadi dalam kondisi menyiasati dampak Pandemi Covid-19 yang meluluhlantakan pada sektor ekonomi. Maksud hati ingin memiliki usaha dan kegiatan, namun berharap untung malah buntung”, imbuh Tommy
“Ya, saya akan menuntut ganti rugi kepada pemerintah setempat. Baik kepada Dinas Pengairan, maupun kepada Dinas terkait dan tak terkecuali kepada Walikota, ungkap Tommy Rabu (22/07/2020)
Hal yang sama juga dialami Hendrik, salah seorang pengusaha yang sebelumnya berencana akan mengembangkan dan budidaya ikan gurame terpaksa harus megurungkan niatnya melihat kondisi air yang ada di irigasi Parakannyasag mengalami kekeringan.
“Memang rencananya, selain ikan Tawes yang telah saya budidayakan. Kedepannya ikan jenis Gurame pun akan saya kembangkan. Akan tetapi, melihat minimnya kondisi air seperti ini kemungkinan besar saya pikir-pikir dulu”, ujar pengusaha muda yang sudah sejak lama menggeluti bidang perikanan ini, kepala Pelita Online belum lama ini.
Disamping itu, melihat potensi air yang sebelumnya cukup melimpah, saya pun sudah merencanakan kalau di Parakannyasag ini cukup potensial untuk dijadikan sentra ikan Gurame, tambah Hendrik yang aktif dan merupakan kader dari partai Nasdem ini.
Tidak jauh dari keberadaan kolam kelompok TOM dan kolam milik Hendrik, kolam pembudidaya milik Firman pun mengalami hal yang sama. “Kolam saya pun mengalami hal yang sama. Yakni kekurangan air, sepertinya ada sesuatu permainan yang sengaja mempermainkan keberadaan irigasi teknis ini. Karena yang saya tau, irigasi ini tidak pernah kekurangan atau kekeringan air seperti sekarang ini” ujar Firman yang aktif dikepengurusan Ormas GIBAS ini.
Ini tidak bisa dibiarkan, harus diluruskan dan dirembukan oleh berbagai pihak yang merasa berkepentingan, karena baik irigasi teknis maupun irigasi tersier harus ada saat dibutuhkan, tegas Firman, belum lama ini kepada Pelita Online.
Menanggapi akan keluhan puluhan para pengusaha, pembudidaya dan peternak ikan di Kelurahan Parakannyasag. Meski bukan kapasitasnya, namun Enung Sa’adah selaku PPL Parkannyasag dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) akan mengupayakan dan memusyawarakannya dengan para anggota kelompok tani wilayah binaannya dalam rapat koordinasi yang akan dilaksanakan pada Jum’at 24 Juli 2020 mendatang.
“Insyah Allah, nanti dalam rapat akan kami bahas juga tentang pembagian air, supaya tidak ada yang dirugikan. Cuma kendalanya, sebagaimana diketahui ulu-ulu yang biasanya mengurusi air irigasi, sudah tiga bulan ini diketahui mengundurkan diri”, papar Enung saat ditemui di kantor BPP Rabu (22/07/2020)
Kalau dengan gapoktan dan kelompok tani sudah didiskusikan, termasuk dengan adanya adanya saluran irigasi yang terhambat dan rusak, tambah Enung. (ToM)