H. Akhmad Mauludin, SST., MSi: Itu Perbaikan Terjunan, Terlalu Berisiko Kalau Dipaksahkan

TASIKMALAYA,||Pelita Online||-Dengan sisa waktu 27 hari kalender memasuki tahap penyelesaian, rasa-rasanya perbaikan di bangunan bendung utama pada paket proyek rehabilitasi jaringan irigasi Cimulu tidak akan selesai. Terlebih pekerjaan perbaikan konstruksi terjunan cukup beresiko kalau dipaksahkan.

Kesimpulannya, hasil rapat hari Senin kemarin bersama bidang konstruksi ditingkat Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi Jawa Barat di Bandung, kalau pekerjaan perbaikan terjunan di Bendung Utama Cimulu itu akhirnya harus dialihkan ke BC2 atau Bendung Cimulu dua, kata H. Akhmad Mauludin Kepala UPTD PSDA Wilayah Sungai Citanduy kepada Pelita Online, Selasa (18/10/2022).

“Kebetulan di BC2 itu juga kondisinya sudah mengalami kebocoran dan sedimennya sudah tinggi”, ujar Akhmad mengungkapkan.

Adapun kelanjutan pekerjaan terdampak dari pengalihan itu tetap akan kita laksanakan, tapi melalui program swakelola, yang programnya turun antara Juni atau Juli 2023 nanti.

“Tentu pengerjaannya pada saat musim kering. Itu pun kalau program swakelola yang kita ajukan terakomodir 2023 nanti. Kalau tidak terpaksa kembali nunggu”, ungkap Akhmad.

Akhmad mengatakan, berbicara mengenai pekerjaan pastinya tidak akan mengurangi bobot pekerjaan. “Kalau tadinya
ada pekerjaan konstruksi beton ya kembali dengan konstruksi beton lagi” tegas Akhmad.

“Karena ini sifatnya hanya mengalihkan titik lokasi saja, tapi secara bobot volume beton tetap tercapai dan itu tidak jadi masalah”, terang Akhmad menjelaskan.

Sesuai yang tertuang dalam perjanjian kontrak,
konsekuensi penyedia ya mau tidak mau harus seperti itu, tambah Akhmad.

Lagi pula kata Ahkmad, pekerjaan yang menyisah sekitar 15% pekerjaan fisiknya ini juga belum dinilai dan dihitung secara ritmatik, hingga belum dilakukan pembayaran secara keseluruhannya. Nanti setelah PHO (Provisional Hand Over) baru semuanya akan terlihat, mana yang kurang, mana yang harus diperbaiki lagi.

“Kalau hanya dibayar sekitar 30% dari 85% pekerjaan yang telah dihasilkan oleh pihak penyedia itu wajarlah”, tandas PPK yang lama mengemban tugas di luar pula Jawa ini saat berdinas pemerintahan pusat.

Berbicara mengenai pengalihan titik lokasi pekerjaan, menurut Ahmad selain pertimbangannya semata-mata melihat cuaca yang tidak menentu juga resiko gagal konstruksi akan terjadi, karena hasil konstruksi tidak akan terlaksana 100% kalau kita tetap bertahan dilokasi itu.

Terlebih, data yang kita dapat dari BMKG, kondisi cuaca dengan hujan yang tidak menentu ini diprediksi sampai akhir November 2022 ini, ungkap Akhmad.

Bisa saja bekisting selesai namun tiba-tiba air datang cukup besar dan merusak konstruksi yang baru dibuat, jadinya percuma karena pekerjaan tidak bisa dibayar, tegas Ahkmad yang juga mengaku selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

Dalam perencanaan tidaklah semua berjalan mulus pasti ada kendalanya, karena manusia yang merencanakan. Oleh karena itu penyesuian-penyesuain melihat dengan kondisi dilapangan pasti akan terjadi, katanya.

Soalnya pekerjaan yang kita tangani ini banyak dilokasi sungai sehingga resikonya berat, terus kalau kondisi air besar tidak mungkin dialirkan ke jaringan irigasi yang tengah diperbaiki, bisa-bisa irigasi yang sudah kita perbaiki akan kembali hancur, ujarnya mengakhiri perbincangan.|tommy riyaldi|

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *